Kenaikan beban ditambah kebutuhan memupuk pencadangan seiring dengan meningkatnya risiko kredit, membuat profitabilitas BPD menipis. Para bankir bank daerah pun tengah bersiap menanti hasil pilkada serentak.
UPAYA bankir bank pembangunan daerah (BPD) memacu kinerja masih terbentur tantangan. Sepanjang sembilan bulan pertama 2024, kinerja laba perbankan, termasuk BPD, mengalami tekanan. Padahal, fungsi intermediasi masih tumbuh positif. Namun, kenaikan pendapatan tak sebanding dengan lonjakan beban. Tingginya beban bunga ditambah kebutuhan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) di tengah risiko kredit yang meningkat, menekan profitabilitas.
Mengacu pada data Biro Riset Infobank (birI), per September 2024, total 27 bank daerah mencatatkan kenaikan kredit 8,83% atau menjadi Rp668,49 triliun. Sedangkan, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,54%, dari Rp744,80 triliun menjadi Rp808,39 triliun. Total pendapatan ke-27 BPD itu mencapai Rp69,91 triliun atau naik tipis 3,74%. Sebaliknya, total beban meningkat 5,89% menjadi Rp56,97 triliun. Alhasil, laba bersih industri ini pun terkoreksi 5,26%, menjadi Rp10,21 triliun.