Bank In Your Hand Transformasi Digital Perbankan
Bank-bank kini berlomba menghadirkan layanan digital guna memanjakan nasabah. Tidak hanya layanan, bahkan sejumlah bank terang-terangan mengklaim sebagai bank digital.
Bank-bank kini berlomba menghadirkan layanan digital guna memanjakan nasabah. Tidak hanya layanan, bahkan sejumlah bank terang-terangan mengklaim sebagai bank digital.
Di dalam melakukan transformasi digital perlu adanya seorang digital leadership. Peran seorang pemimpin sangat penting dalam mendukung transformasi SDM di lingkungan organisasi guna menyukseskan transformasi digital
Karena “berkah” komoditas, Indonesia diklaim mampu melewati dua tantangan besar: pandemi COVID-19 dan dampak konflik geopolitik di Barat. Kinerja industri jasa keuangan nasional tampak makin menguat di 2022. Hanya asuransi jiwa yang sedang mengalami tekanan. Daya beli masyarakat penting untuk dijaga demi mempertahankan tren positif industri jasa keuangan. TAPI, Bank-bank harus sedia payung berupa pencadangan yang lebih besar agar tak dibakar inflasi yang melanda dunia.
Krisis ekonomi menjadi hal yang menakutkan bagi perekonomian dunia. Begitupun dengan Indonesia yang sempat dihantam badai krisis 1998. Krisis ini meluluhlantakkan perekonomian nasional, termasuk perbankan yang notabene merupakan tulang punggung dan akselerator perekonomian.
PT Asuransi Tri Pakarta (TRIPA) Di tengah tekanan yang ada, TRIPA tetap mampu membukukan kinerja positif dan tumbuh secara berkesinambungan. Pada 2021, TRIPA berhasil meraih laba bersih sebesar Rp61,38 miliar. Pencapaian laba bersih pada tahun ini berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) ditargetkan sebesar Rp65,80 miliar, namun hingga Juli 2022 telah tercapai Rp57,8 miliar. Alhasil, diproyeksikan pencapaiannya akan melampau target RKAP.
PANDEMI Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) masih menjadi tantangan besar bagi perekonomian global dan domestik tahun ini. Meski tanda-tanda pemulihan sudah terlihat di berbagai aspek, pandemi masih belum hilang sepenuhnya. Tetap dibutuhkan kewaspadaan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk.
Industri jasa keuangan mulai berjalan keluar dari zona merah. Perbankan dan Asuransi mulai tubmbuh positif, tapi multifinance masih negatif. Kendati industri jasa keuangan nasional diyakini akan membaik, namun ketidakpastian masih tinggi, kewaspadaan tetap dibutuhkan. Lembaga keuangan mana saja yang tetap teruji di masa pandemi?
Perekonomian dunia mengalami tekanan hebat karena pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah banyak negara untuk mengatasi pandemi COVID-19. Namun, hingga kini belum juga teratasi sepenuhnya. Dalam tataran nasional, industri perbankan menjadi salah satu sektor usaha yang terdampak pandemi COVID-19.
Tantangan industri jasa keuangan nasional makin berat setelah Indonesia mengalami resesi, terdampak pandemi COVID-19. Industri perbankan relatif baik secara industri. Namun, jika dilihat per individu bank, kewaspadaan harus ditingkatkan. Industri keuangan nonbank juga sedang dalam kondisi yang tak mudah. Meski begitu, setelah memasuki lorong gelap, pasti ada ruang yang terang. Lembaga keuangan mana saja yang mencetak rapor biru dalam tiga tahun terakhir?
Benarkah pembentukan bank jangkar dapat mengatasi problem likuiditas bank ? Persaingan berebut antar bank sudah memasuki tahap saling bunuh dengan memanfaatkan rumor bank bermasalah.
Jumlah bank terus berkurang. Karyawan bank juga terus menyusut. Bahkan, laporan terakhir mengabarkan bahwa setengah bank di dunia dalam kondisi sekarat. Sejumlah bank kelas dunia sudah merumahkan karyawannya, seperti HSBC, Deutsche Bank, Standard Chartered Bank, dan sejumlah bank kelas dunia lainnya. Tidak hanya karena krisis perdagangan dunia, tapi karena perubahan landscape persaingan. Hadirnya pesaing baru nonbank dan disrupsi (disruption) teknologi, hadirnya kelas milenial, membawa perubahan perilaku bisnis bank. Kantor kantor cabang mulai sepi nasabah. Bahkan, salah satu dari bank BUKU 4 kini transaksi digitalnya sudah mencapai 98,5?n 1,5% di cabang. Pendeknya, dunia sedang mengalami dua perubahan besar: perubahan demografi di mana kasus Indonesia ialah hadirnya 88 juta kelas milenial dan disrupsi teknologi. Nah, lahirnya generasi milenial telah membunuh banyak produk. Kehadiran teknologi telah mengubah perilaku bisnis bank khususnya.
Industri perbankan masih dihantui likuiditas yang kian ketat. Bank-bank memang tengah kesulitan menghimpun dana. Apalagi saat ini bank juga harus bersaing dengan financial technology (fintech) dalam perebutan dana masyarakat. Alhasil, perang bunga simpanan terjadi kendati Bank Indonesia (BI) telah beberapa kali menurunkan suku bunga acuan padatahun ini.