Ignasius Jonan Adalah Bankir Senior, Menteri Perhubungan 2014-2016, Dan Menteri Esdm 2016-2019.
Awal 2025, masyarakat dunia mendapatkan pesan dari Los Angeles (LA), Amerika Serikat (AS). Pesan melalui musibah kebakaran besar yang melanda LA pada 7 Januari, dan sampai tulisan ini dibuat api masih menyala di sejumlah titik di wilayah California. Sebanyak 12.000 bangunan ludes dilalap api, termasuk rumah para pesohor, 27 orang tewas, 31 orang hilang, dan 150.000 orang kehilangan rumah. Kebakaran dengan luas area lebih dari 37.000 hektare tersebut diprediksi AccuWeather telah menimbulkan kerugian ekonomi mencapai US$250 miliar hingga US$275 miliar atau sekitar Rp4.092 triliun sampai dengan Rp4.500 triliun.
Kebakaran di LA mengingatkan kembali bahwa penduduk bumi sedang menghadapi krisis iklim, sebagai tantangan terbesar abad ini. Kebakaran yang melanda LA adalah dampak dari fenomena alam dan perubahan iklim (climate change). Kobaran api dipicu oleh fenomena angin kencang Santa Ana yang turun dari pusat gurun California dengan kecepatan 95-150 kilometer per jam yang bertemu dengan udara kering. Deburan partikel yang saling bergesekan di wilayah yang kering kerontang kemudian menciptakan percikan api. Seperti halnya pandemi, secara universal kita percaya bahwa berbagai peristiwa katastropik terjadi karena climate change dan global warming yang menyebabkan terganggunya ekosistem dan ketidakseimbangan alam. Apabila krisis iklim terus berlangsung, manusia terus menunggu terjadinya katastropik berikutnya yang berdampak buruk bagi kehidupan maupun kerugian ekonomi.
Seperti sudah diingatkan Christine Lagarde, Gubernur The European Central Bank, “unless we take action on climate change, future generations will be roasted, toasted, fried and grilled”.