Para peretas makin cerdik dan taktis dalam menyerang pertahanan siber perbankan. Kewaspadaan saja tak cukup. Diperlukan manajemen risiko yang rapi dan terstruktur dalam mencegah dan mengatasi kejahatan dunia maya.
Sumber : Infobank
KEJAHATAN siber kini menjadi ancaman nyata yang terus membayangi, bergerak dalam diam tanpa banyak disadari korbannya. Sering kali, saat individu atau lembaga sadar telah diserang, semuanya sudah terlambat, pelaku kejahatan telah menghilang tanpa jejak. Tidak ada satu pun pihak yang benar-benar kebal terhadap serangan ini. Penjahat siber terus mencari celah dan menargetkan institusi lintas sektor demi keuntungan yang lebih besar, terutama sektor keuangan yang menyimpan data dan aset bernilai tinggi.
Kejahatan siber naik sekitar 15% setiap tahunnya. Di Indonesia, data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan, sepanjang 2024 sektor keuangan menjadi salah satu target utama. Dari 593 dugaan serangan, 47 ditujukan langsung ke sektor ini. Selain itu, lebih dari 2 juta data dari 71 lembaga keuangan terdeteksi tersebar di darknet. Hingga April 2025 ditemukan lebih dari 128.000 anomali di 804 alamat IP sektor keuangan, mayoritas merupakan aktivitas malware.