Penulis adalah grc and esg specialist.
Sumber : Infobank
Ditengah krisis perubahan iklim yang makin mendalam, rumah rendah emisi (RRE) muncul sebagai solusi yang mendesak untuk mengurangi jejak karbon dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih bersih dan sehat. Faktanya, secara global, bangunan menyumbang hampir 40% dari emisi gas rumah kaca. Untuk mencapai target pemanasan global tak lebih dari 1,5 derajat Celsius pada 2050, dibutuhkan transformasi besar-besaran pada bangunan yang ada dengan mengarahkannya menjadi bangunan zero karbon.
Rumah yang mengutamakan efisiensi energi, penggunaan bahan ramah lingkungan, dan pemanfaatan energi terbarukan merupakan langkah penting dalam mitigasi perubahan iklim. Namun, meski konsep RRE makin populer, penerapannya di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang memerlukan perhatian serius.