Belum ada produk di keranjang belanja kamu

Ketimpangan Tarif Dagang dalam Balutan Diplomasi

Penurunan tarif dagang AS terhadap RI dari 32% menjadi 19% terlihat sebagai keberhasil­an diplomasi. Tapi, Indonesia justru memberi konsesi besar dengan membebaskan seluruh produk AS masuk tanpa bea masuk serta menyepakati pembelian dalam jumlah besar. Duh, adil nggak sih?

Oleh Stephen Widjaja

Kalau hubungan perdagangan internasional Indonesia-Amerika Serikat (AS) diibaratkan sebagai permainan catur, maka Indonesia saat ini sedang main di papan catur yang miring.

Penurunan tarif dagang AS terhadap barang Indonesia dari 32% menjadi 19% bisa saja diklaim sebagai kemenang­an. Tapi, kalau imbalannya adalah membebas­kan seluruh produk AS masuk ke Indonesia tanpa tarif bea masuk, maka yang terjadi bukan win-win solution, melainkan “you win, we limp”.

Setelah melalui serangkaian negosiasi yang alot, Presiden AS Donald Trump meng­umumkan penurunan tarif resipro­kal kepada Indonesia menjadi 19% pada Selasa, 15 Juli 2025. Pemerin­tah RI tentu menyambut lang­kah ini sebagai kemajuan.

Lanjut baca artikel

Rekomendasi Terbaik

Mulai Berlangganan
Premium Infobank Digital

  • Akses ke Semua Artikel dari Semua Edisi Majalah Infobank

  • Baca Artikel & Majalah Tanpa Iklan

  • Kemudahan Akses di Berbagai Perangkat Web & Mobile

MULAI LANGGANAN

Beli majalah
Infobank Edisi Agustus 2025

Rp 79.000

BELI