Kredit properti punya kans besar untuk tumbuh lebih kuat di 2026, apalagi dengan suku bunga yang sudah menurun, likuiditas longgar, plus insentif pemerintah lewat program 3 juta rumah. Backlog perumahan bisa saja berubah jadi permintaan nyata. Tapi, semua itu bisa terwujud jika daya beli masyarakat benar-benar pulih dan developer berani ekspansi.
Sumber : Istimewa
KREDIT properti masih berlari pelan. Pertum buh annya sejak 2023 terus melambat, bahkan kerap tertinggal di belakang pertumbuhan kredit perbankan secara umum. Meski begitu, tahun 2026 menyimpan secercah harapan karena kombinasi suku bunga rendah, likuiditas yang longgar, dan dorongan insentif pemerintah yang bisa menjadi pemicu akselerasi baru. Persoalannya, peluang itu tidak otomatis terwujud bila daya beli masyarakat tetap melemah dan developer masih menahan ekspansi.
Pelemahan permintaan rumah pada 2023-2025 jelas memberi dampak besar. Kredit konsumsi seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) tertekan oleh turunnya kemampuan masyarakat menanggung cicilan. Sementara, pengembang juga menahan laju proyek akibat ketidakpastian ekonomi.