Perbankan syariah pada 2026 diperkirakan menghadapi momentum pertumbuhan yang lebih kuat di tengah era suku bunga rendah dan likuiditas yang longgar. Peluang besar tetap ada dari pasar ekonomi syariah Indonesia yang masih luas.
BOLEH dibilang, perbankan syariah Indonesia kini berada di jalur yang kian menjanjikan, meski jalan ke depan tidak sepenuhnya mulus. Laju pertumbuhan aset, besarnya basis pasar muslim Tanah Air, hingga tren gaya hidup halal yang makin mengakar menjadi modal kuat bagi industri ini untuk menapaki 2026 dengan optimisme. Di saat yang sama, skala usaha yang belum besar, tantangan literasi keuangan syariah, dan ketatnya persaingan dengan bank konvensional tetap menjadi ujian serius yang tak boleh diabaikan.
Kinerja perbankan syariah menunjukkan konsistensi yang tidak bisa dianggap sepele. Berdasarkan data Biro Riset Infobank (birI), sepanjang 2020-2024 pembiayaan bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) tumbuh ratarata 13,07% per tahun, sementara dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 12,15%. Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) pun cenderung terjaga, turun dari 3,08% pada 2020 menjadi 2,04% pada 2023, meski naik tipis ke 2,11% di 2024.