Penulis adalah GRC and ESG Specialist.
GELOMBANG keberlanjutan telah melanda hampir seluruh penjuru dunia. Dari Eropa hingga Asia, jargon “hijau”, “ramah lingkungan”, dan “ESG compliant” membanjiri laporan tahunan, iklan, hingga forum internasional. Seolah-olah dunia usaha kompak berbondong-bondong menuju masa depan berkelanjutan yang tak terbantahkan.
Namun, di balik retorika hijau itu, muncul paradoks: apakah benar dunia tengah bergerak menuju ekonomi hijau, atau justru terjebak dalam ilusi hijau yang semu? Fenomena greenwashing – praktik mengklaim ramah lingkungan tanpa perubahan nyata – kian mendapat sorotan global. Tinjauan European Commission (2023) menunjukkan bahwa 53% klaim hijau yang digunakan perusahaan di Uni Eropa terbukti tidak jelas, menyesatkan, atau tidak memiliki dasar bukti yang kuat. Sementara itu, analisis Bloomberg Intelligence (2024) memperingatkan bahwa lebih dari seperempat dana investasi berlabel ESG berisiko terjebak dalam praktik greenwashing.