Ekonomi dunia 2026 masih akan di bawah bayang-bayang tarif dagang, inflasi, dan ketidakpastian geopolitik. Di tengah era TUNA, peluang hanya bisa dijaga lewat strategi adaptif, reformasi struktural, serta pemanfaatan digitalisasi dan transisi hijau.
Sumber : Istimewa
Prospek ekonomi dunia menuju 2026 masih penuh dengan ketidakpastian. Dalam laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2025, Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan global 2025 menjadi 2,3%, level terendah sejak 2008. Pemulihan baru diperkirakan terjadi pada 2026-2027 dengan pertumbuhan masing-masing 2,4% dan 2,6%.
Hampir seluruh negara besar terkena imbas revisi tersebut, mulai dari Amerika Serikat (AS) yang dipangkas menjadi 1,4%, Eropa 0,7%, hingga Jepang 0,7%. Sementara, Tiongkok diperkirakan lebih stabil di angka 4,5% berkat dukungan fiskal dan moneter.
Lembaga internasional lainnya juga memberi gambaran serupa. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menilai pertumbuhan global 2025-2026 hanya 2,9%, melambat dari 3,3% di 2024. International Monetary Fund (IMF) sedikit lebih optimistis dengan proyeksi 3% di 2025 dan 3,1% di 2026, meski tetap lebih rendah dibandingkan dengan capaian 2024. Perbedaan proyeksi ini menegaskan bahwa ekonomi dunia masih rentan terhadap perubahan kebijakan global, khususnya terkait dengan tarif perdagangan yang menjadi salah satu faktor utama pelemahan prospek pertumbuhan.