Bankir mikro satu ini tumbuh dari akar sosial. Ia memimpin konsolidasi besar BPR BKK Jateng dengan ketegasan, empati, dan visi jangka panjang, sambil menyiapkan kaderisasi sebagai warisan kepemimpinan yang ia anggap paling bermakna. Kini, ia sedang memastikan estafet kepemimpinan berjalan mulus, menjadikan BPR BKK Jateng bukan sekadar tempat bekerja, tapi juga medium pengabdian bagi masyarakat.
TAHUN 2019 menjadi tahun yang krusial bagi BPR Badan Kredit Kecamatan (BKK), bank rural milik pemerintah daerah (pemda) yang berbasis di Jawa Tengah (Jateng). Di tahun tersebut, sebanyak 27 BPR BKK dari provinsi tersebut melakukan merger atau konsolidasi, lalu berubah nama menjadi BPR BKK Jateng, yang kini berbasis di Semarang. Merger dari 27 bank rural di wilayah Jateng merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah bank rural dalam negeri.
Perlu waktu dua tahun sampai akhirnya BPR BKK Jateng resmi beroperasi pada Desember 2021. Dan, di masa transisi itu, sosok yang dipercaya menduduki kursi direktur utama adalah Koesnanto. Ada hal yang cukup menarik dari sosok bankir yang satu ini. Bekerja di bank rural ternyata bukan karena kebetulan. Pria kelahiran Grobogan, 14 November 1968, ini sejak kecil memang mengaku memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial. Ia tumbuh melihat pengabdian orang tuanya sebagai aparatur sipil negara (ASN), dan dari sanalah ia belajar tentang makna pelayanan kepada masyarakat.
“Sudah dari kecil, saya tertarik dengan isu-isu sosial. Kebetulan, orang tua saya bekerja di pemerintahan sebagai ASN. Ketika orang tua saya bekerja untuk masyarakat, itu membuat saya tertarik dengan kehidupan sosial, walaupun akhirnya saya juga nggak masuk jadi ASN,” kenang Koesnanto kepada Infobank, November lalu.
Setelah meraih titel sarjana hukum dari Universitas 17 Agustus 1945 (UTA) Semarang pada 1992, idealisme yang tertanam kuat dalam diri Koesnanto mendorongnya untuk mencari profesi yang memungkinkan dapat mengabdi langsung kepada masyarakat. Pada 1993, langkah hidupnya pun mengarah ke BPR BKK Purwodadi. BPR ini menurutnya ideal: milik pemda, dekat dengan masyarakat, juga tak berbelit-belit terkait soal birokrasi pemerintahan.
Selama 23 tahun, Koesnanto menjalani karier di Purwodadi. Ia memulai perjalanan kariernya dari posisi kasi pelayanan di cabang Wirosari, lantas menanjak menjadi direktur umum pada 2005, dan akhirnya menjabat Direktur Utama BPR BKK Purwodadi pada 2010. Seorang pekerja keras dilengkapi dengan pemahaman sosial yang kuat membuat rekam jejaknya cukup diperhitungkan di industri perbankan.
Tahun 2019 bisa disebut sebagai lembaran baru bagi Koesnanto dalam kariernya. Kepemimpinannya di BPR BKK Purwodadi yang apik membuatnya diberi amanah yang lebih besar, yaitu memimpin BPR BKK Jateng. Tentu tantangan juga lebih besar lagi, sebab Koesnanto wajib menyatukan visi-misi dari tiap-tiap BPR BKK, yang punya kultur dan cara berproses yang berbeda satu sama lain. Menjawab tantangan tersebut, tak ada pilihan lain bagi Koesnanto selain menjadi pemimpin bertangan besi.
“Leader itu memegang peranan penting jika bicara soal konsolidasi. Transformasi itu penting. Saya memosisikan diri sebagai transformer. Artinya, bagaimana saya bisa mengorkestrasi teman-teman yang berbeda-beda. Apalagi, mereka yang dulu dirut semua, sekarang jadi kepala cabang. Untuk itu, from the top-nya harus kuat,” jelas Koesnanto.
Proses konsolidasi itu ia jalankan dengan prinsip kepemimpinan yang kuat. Bagi Koesnanto, transformasi tidak sekadar merapikan organisasi, tapi juga mengorkestrasi manusia dengan latar yang beragam. Visi dan misi BPR BKK Jateng dibangun ulang, ditopang pembenahan SDM, infrastruktur, teknologi, hingga nilai-nilai perusahaan. Semua tertuang dalam peta jalan hingga 2027.
Setelah melewati fase pemulihan pascamerger, kini BPR BKK Jateng memasuki fase transisi. Konsolidasi lanjutan terhadap BPR BKK yang belum bergabung masih direncanakan, sebelum perusahaan memasuki fase growth berkelanjutan pada 2027. Semua langkah itu ia siapkan secara terstruktur dan disiplin tinggi.
Dan, dalam setiap langkah transformasi perusahaan, pria yang gemar menghabiskan waktunya bersama keluarga ini konsisten hadir mendampingi stakeholders internal, memastikan mereka berjalan ke arah yang benar. Bahkan, saat ditemui Infobank di sebuah hotel di Jakarta Pusat, Koesnanto sedang menemani sejumlah karyawan yang tengah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Infobank Institute.
Ini merupakan wujud dari kaderisasi untuk menciptakan bibit-bibit unggul yang diharapkan, yang mampu menjadi pemimpin berkualitas di masa depan. “Keberhasilan saya yang utama sebetulnya adalah menciptakan kaderisasi untuk perusahaan ini. Karena, saya punya waktu dua periode memimpin. Dalam dua periode, kalau saya tidak bisa menyiapkan kaderisasi, saya yang salah. Karena, legacy yang bagus salah satunya adalah kaderisasi, di luar menciptakan perusahaan untuk tumbuh secara sehat dan berkelanjutan,” tegas Koesnanto.
Tak lupa, Koesnanto mengajarkan kepada para pegawainya akan pemahaman terhadap isu sosial dalam mengelola bank rural. Dengan posisinya saat ini sebagai nakhoda BPR, yang per September 2025 memiliki aset Rp2,36 triliun ini, Koesnanto merasa bersyukur bisa menjaga kedekatan dengan berbagai kalangan, bahkan ikut nimbrung dengan komunitas-komunitas di sekitarnya.
Sosok yang hobi berolahraga ini cukup dekat dengan kaum pelajar, pedagang, sampai dengan petani. Proksimitas yang Koesnanto miliki terhadap pelbagai kelompok ini bermanfaat untuk mempelajari akar permasalahan yang mereka hadapi. Dari sana, ia bisa menawarkan servis yang perusahaan miliki untuk membantu menyelesaikan problematika yang masyarakat hadapi.
“Bicara soal komunitas ini menarik. Dari komunitas ini, hiburan kami itu sebetulnya juga bagian informal untuk mendorong bisnis. Karena, nantinya ini menjadi bagian dari tugas kami juga soal bagaimana memperkenalkan BPR BKK Jateng kepada mereka,” aku Koesnanto.
Kini, di usia 57 tahun, ia mulai memikirkan estafet kepemimpinan. Ia mengaku siap dan lapang dada bila nantinya memang harus menyerahkan tongkat komando kepada yang lain. Tentunya penggantinya yang diharapkan adalah yang lebih segar, visioner, dan mumpuni. Sementara waktu masih berjalan, ia tetap berusaha menorehkan karya terbaiknya melalui BPR BKK Jateng, lembaga yang bukan hanya ia pimpin, tapi juga ia bentuk menjadi medium pengabdian bagi masyarakat Jateng khususnya dan masyarakat luas umumnya.