Di tengah disrupsi digital dan persaingan yang kian ketat, kesehatan merek menjadi fondasi strategis perbankan, di mana kualitas layanan yang konsisten, nilai yang dirasakan, dan reputasi terbukti paling menentukan dalam membangun merek yang kredibel, tangguh, dan berdaya tumbuh. Studi ini menegaskan bahwa bank dengan brand health yang kuat tak hanya lebih dipercaya dan resilien menghadapi krisis, tapi juga dipersepsikan memiliki prospek pertumbuhan yang berkelanjutan.
Sumber : Istimewa
ALAM beberapa tahun terakhir, industri per bank an di Indo nesia menghadapi serang kaian perubahan dan disrupsi yang berlangsung cepat. Pandemi COVID-19 memaksa perubahan cepat dalam pola interaksi nasabah dengan bank. Digital consolidation mendorong adopsi layanan digital secara masif dan mengarahkan pada era hyper-personalization yang menuntut pengalaman makin cepat, aman, dan relevan secara personal. Hal ini memperluas lans kap persaingan, mendorong bankbank dari berba gai kelompok untuk me ngem bangkan ekosis tem digital dan super app sebagai bagian dari upaya memper tahankan relevansi di mata nasabah. Perubah an ini tidak hanya meme nga ruhi cara bank berope rasi, tetapi juga me ning kat kan kebu tuhan untuk memahami dan memastikan kesehatan merek di tengah persa ingan yang makin ketat.
Tantangan utama bagi bank bukan hanya ber adap tasi melalui adopsi tren dan teknologi perbankan terkini, tetapi juga menciptakan merek yang tertanam kuat di benak nasabah sebagai fondasi keberlangsungan bisnis jangka panjang. Namun, ketika upaya adaptasi tersebut tidak diiringi dengan pengelo laan merek yang berkelan jutan, bank berisiko mengalami penurunan kesehatan merek secara perlahan. Penurunan terjadi melalui memudar nya kehadiran merek dalam ingatan nasa bah, melemahnya keter ikatan emosional, hingga menu runnya kredibilitas dan kepercayaan nasabah. Gejalagejala ini mungkin dialami secara perlahan dan tidak kasatmata sehingga berpotensi luput dari perhatian.