Belum ada produk di keranjang belanja kamu

Urutkan :
Infobank Edisi Februari 2000
Rp 60.000

Infobank Edisi Februari 2000

Sejumlah bank mencetak laba fantastis. Bank Buana dan Bank Mega menantang bank-bank asing dan campuran. Banyak juga bank yang rugi besar, bahkan asetnya jauh lebih kecil dibanding dana pihak ketiga. Bank yang bakal kehabisan darah dalam satu tahun ke depan?

Infobank Edisi April 2000
Rp 60.000

Infobank Edisi April 2000

Harapan debitur mendapatkan potongan bunga dan pokok mulai menjadi kenyataan. Hanya saja, beban itu telah dipindahkan ke pundak rakyat. Setelah dihitung, untuk 300 debitur di bawah Rp 50 miliar, ternyata negara akan menalangi Rp 7.337 triliun

Infobank Edisi Agustus 2000
Rp 60.000

Infobank Edisi Agustus 2000

Bank-bank swasta rekapitalisasi sudah mulai mencetak untung. Tapi, non performing loan (NPL) bank rekap masih tetap laten. Bank mana yang punya rapor paling buruk? Apakah program rekapitalisasi ini bisa memacu pemulihan kredit.

Infobank Edisi September 1999
Rp 60.000

Infobank Edisi September 1999

Satu per satu bank kelas kakap tumbang. Mengapa bank menjadi ladang pemerasan, baik oleh politisi, kejaksaan, pengadilan, nasabah dan bahkan oleh pemilik dan bankirnya? Kegagalan program restrukturisasi perbankan seperti membenamkan Indonesia dalam krisis gelombang ke dua.

Infobank Edisi Oktober 1999
Rp 60.000

Infobank Edisi Oktober 1999

Kredit macet sudah bukan lagi menjadi barang baru bagi perbankan. Sudah ratusan triliun yang menguap tak bernyawa dan bahkan tinggal tulang-belulang. Tanpa restrukturisasi politik, Indonesia akan terjebak dalam krisis gelombang kedua. Kegagalan membayar obligasi yang jumlahnya Rp 350 triliun, sama artinya menempatkan bank-bank di ujung kematian. Hati-hati, proses decapitalizing terus berjalan. Selamat datang pemerintah baru.

Infobank Edisi November 1999
Rp 60.000

Infobank Edisi November 1999

Banyak kalangan perbankan yakin akan kelanjutan restrukturisasi perbankan di tangan Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputeri. Namun, seratus hari pertama Ekonomi Partai ini tetap menegangkan. Bahkan, banyak juga yang was-was tentang intervensi partai ke sektor perbankan. Bagaimana sesungguhnya masa depan bank dalam model Abdurrahmanomic ini?

Infobank Edisi Juni 1999
Rp 60.000

Infobank Edisi Juni 1999

Awas banyak pejabat yang sudah mulai mencuci uang lewat bank-bank di luar negeri. Siapa punya rekening misterius sebesar US$ 50 juta di bank swasta? Mengapa Bank Indonesia sulit memberi izin untuk memeriksa rekening para tersangka. Hati-hati, bank-bank di Indonesia juga tak luput dari mafia uang kotor.

Infobank Edisi Desember 1999
Rp 60.000

Infobank Edisi Desember 1999

Kasus Bank BNI-Texmaco membuktikan bahwa perbankan masa lalu penuh katabelece dan petak umpet. Hari-hari ini akan ada gelombang pembongkaran kredit busuk yang dinikmati kroni Soeharto. Bagaimana menyelesaikan persoalan perbankan dan sektor riil ditengah banyak konspirasi politik? Hati-hati, potensi gagal bayar obligasi dalam rangka rekapitalisasi perbankan di tahun 2000, Akan ada bank yang ditutup?

Infobank Edisi Agustus 1999
Rp 60.000

Infobank Edisi Agustus 1999

nama-nama bankir yang bermasalah sudah ada di tangan Bank Indonesia. Hati-hati ada konglomerat yang masuk daftar kredit macet di sejumlah bank ternyata bebas mengendalikan bank. Banyak bankir yang menggangsir Bantuan Likuiditas Bank Indonesia dan debitur sampah yang tak tersentuh dengan hukum. Silakan tutup bank yang masih memelihara bankir yang doyan duit.

Infobank Edisi Mei 1999
Rp 60.000

Infobank Edisi Mei 1999

Setelah para raja uang mabuk utang, kini tinggal Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang "mencuci piring" aset busuk itu. Benarkah debitur kakap akan lolos dari tiang gantung kepailitan? Hati-hati, utang debitur busuk banyak yang dihapusbukukan. Kini tinggal bank-bank BUMN yang menanggung dosa-dosa debitur sehingga merugi sampai ratusan triliun rupiah.

Infobank Edisi Februari 1999
Rp 60.000

Infobank Edisi Februari 1999

Sudah banyak bank yang mengajukan business plan ke Bank Indonesia (BI) tapi hanya sedikit bank yang disetujui. Bahkan, DPR-RI menolak biaya rekapitalisasi sebesar Rp 18 triliun itu dimasukan ke APBN. Lantas, apa mau semua bank dibiarkan mati sendiri kehabisan modal? Tapi mengapa sejumlah bank ingin menjadi bank syariah?