Prinsip proteksionis Trump kembali menjadi sorotan setelah terpilih sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya pada Pilpres 2024. Kebijakan perang dagang ala Trump membawa dampak besar, tidak hanya untuk perekonomian AS tapi juga bagi ekonomi global.
EKONOMI dunia tampaknya akan terasa makin panas setelah Donald Trump kembali memimpin Amerika Serikat (AS). Setelah masa kepemimpinan pertamanya pada 2017-2021, Trump kini bersiap mengimplementasikan kebijakan-kebijakan proteksionis yang serupa. Pada periode sebelumnya, kebijakan seperti tarif impor yang tinggi untuk Tiongkok, sebesar 25%30%, menjadi contoh nyata strategi Trump untuk “menghukum” negara-negara yang dianggap merugikan AS dalam perdagangan. Kebijakan ini mencerminkan pendekatan proteksionisme yang bertujuan melindungi produsen lokal dan mengembalikan lapangan kerja di AS.
Trump telah menyatakan komitmennya untuk memberlakukan tarif impor baru terhadap tiga negara, yaitu Tiongkok, Meksiko, dan Kanada, di hari pertama ia menjabat pada Januari 2025. Langkah ini diklaim bertujuan untuk menekan imigrasi ilegal dan penyelundupan narkoba ke AS. Tarif sebesar 25% akan dikenakan pada semua barang dari Meksiko dan Kanada, sementara Tiongkok akan menghadapi tarif tambahan sebesar 10%. Kebijakan ini, jika diberlakukan, akan meningkatkan ketegangan dengan tiga mitra dagang terbesar AS. Trump menyebut bahwa negara negara tersebut harus membayar “harga yang sangat mahal” karena dianggap membiarkan pelanggaran berlangsung terlalu lama.