Kinerja 14 Bank Digital
Rangkuman Data & Riset, Kinerja 14 Bank Digital.
Rangkuman Data & Riset, Kinerja 14 Bank Digital.
Rangkuman Data & Riset, The Bast BPD 2022.
Ekonomi Indonesia kembali diuji dengan berbagai gejolak eksternal. Konflik Rusia-Ukraina telah memicu kecenderungan kenaikan harga komoditas dunia. Belum lagi kenaikan suku bunga The Fed. Kondisi dalam negeri mulai “bergejolak”. Setelah kelangkaan minyak goreng, kini masyarakat harus bersiap menghadapi kenaikan BBM. Bagaimana para pakar melihat gejolak inflasi ditengah upaya mendorong pertumbuhan economy? Seberapa signifikan dampaknya bagi recovery economy ekonomi Indonesia?
PANDEMI Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) masih menjadi tantangan besar bagi perekonomian global dan domestik tahun ini. Meski tanda-tanda pemulihan sudah terlihat di berbagai aspek, pandemi masih belum hilang sepenuhnya. Tetap dibutuhkan kewaspadaan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk.
Industri perbankan menikmati penurunan biaya dana terhadap DPK, dari 3,51% pada 2019 menjadi 2,86% pada 2020 dan hanya 1,88% pada 2021. Setelah mencetak kenaikan laba hingga 33,89% sepanjang 2021, akankah musim panen dana murah berakhir tahun ini karena ancaman inflasi dan dampak perang Rusia-Ukraina? Mengapa bank digital dengan pelayanan yang mudah dan cepat serta valuasi sahamnya melambung tapi masih menjual dana mahal? Bagaimana hasil survei “Bank Service Excellence Monitor 2022”?
The Godfather of Minyak Goreng Negara seperti tak berdaya menghadapi para taipan minyak goreng. Para taipan yang dulu dibesarkan pemerintah Orde Baru makin berjaya hingga sekarang. Sejak dulu, peran bank-bank negara membesarkan konglomerat tidak kecil. Hutan-hutan ditebang, lalu diubah menjadi kebun sawit dengan bantuan kredit dari bank-bank dan katebelece negara.
Peluang dan Tantangan BPR/BPRS di Era Digital
PANDEMI Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia mulai reda. Perekonomian pun berangsur membaik. Dunia usaha kembali menguat. Begitu juga dengan industri asuransi. Di 2020, ketika pandemi mulai menjangkiti Indonesia, industri asuransi mengalami pukulan hebat. Ketika itu, diakhir tahun, untuk asuransi jiwa, pendapatan premi bruto anjlok 7,23% secara tahunan. Meski demikian, perusahaanperusahaan asuransi jiwa secara kolektif masih mampu menghasilkan laba yang positif, yakni Rp4,32 triliun. Kinerja laba itu bahkan lebih baik daripada 2019, saat itu industri asuransi jiwa mencatatkan rugi Rp6,59 triliun karena adanya beberapa perusahaan asuransi jiwa yang mengalami masalah sehingga perolehan labanya menggerus industri.
Lima tahun ke depan, empat bank terbesar akan kehilangan potensi fee based income sebesar Rp33,35 triliun. Bahkan, seluruh bank di Indonesia bisa kehilangan fee based income Rp47,64 triliun. Inikah "harga" untuk menyukseskan BI-Fast?