Infobank Edisi April 1994
Infobank Edisi April 1994
Aset perbankan kian menggelembung. Namun, rasio rentabilitas rata-rata dari 234 bank menurun, mengapa bank-bank yang telah go public lebih lincah dan melesat jauh
Aset perbankan kian menggelembung. Namun, rasio rentabilitas rata-rata dari 234 bank menurun, mengapa bank-bank yang telah go public lebih lincah dan melesat jauh
Setelah skandal megakredit Eddy Tansil-Bapindo sebesar Rp 1,7 triliun, pengelolaan manajemen Bapindo bakal dibantu pihak asing. Benarkah bantuan manajemen asing ampuh mengobali bank-bank bermasalah. Di jajaran bank-bank swasta bantuan teknis bahkan bukan barang baru lagi
Kredit sindikasi makin menjadi trend. Diproyeksikan kredit sindikasi bakal mencapai nilai Rp 20 triliun. Sayangnya, hanya konglomerat yang menikmati. Adakah manfaat lain dari sekadar mengamankan BMPK dan risk sharing?
Tahun 1992 dan 1993 tahun ujian buat para bankir. Era konsolidasi dengan berbagai krisis bank-bank bakal merontokkan bankir yang berhaluan pedagang kelontong. Bisakah bankir dipercaya? Untung ada Robby Djohan, Winarto, Mochtar Riady, dan Djaja Ramli, tampil sebagai Bankers' of The Year 1992.
Bank Internasional Indonesia (BII) mengukuhkan dirinya sebagai bank peraih laba terbesar. Mengapa bank keluarga milik konglomerat Eka Tjipta Widjaja ini menempatkan Kamardy Arief, mantan Dirut BRI sebagai preskom? Inilah ambisi dan suksesi di bank keluarga
Banyak pertanyaan diajukan kepada institusi yang satu ini. Mulai dari tugas pokok, peran pengawasan sampai ke soal kebijakan. Bank Indonesia belakangan dinilai banyak kalangan kurang tegas dan terkesan menunggu. Bagaimana perilaku Bank Indonesia di bawah gubernur dan direksi baru?
Kerja di bank tak diminati lagi oleh pemburu kerja. Soal gaji ternyata tak sebanding dengan kerjanya. Selain, membuktikan borok perbankan nasional, banyak bank ternyata tak mengandalkan manusia sebagai aset yang sangat berarti. Bayangkan jika karyawan bank mogok kerja.
Di tengah masih gundahnya perbankan nasional dan kondisi internal perbankan, tuntutan dan hambatan baru pun muncul. Bisakah bank berekspansi kredit dan menurunkan suku bunga?
Trend wanita bekerja di bank makin marak. Pesatnya industri perbankan dewasa ini telah menggoda para wanita untuk berkarier di bank. Benarkah wanita hanya sebagai objek dalam perebutan dana?
Nasib bank-bank nondevisa ditentukan oleh loyalitas nasabah. Soal CAR dan KUK tak menjadi batu sandungan. Inilah kekuatan dan kelemahan bank yang sering dipojokkan karena memasang suku bunga tinggi.
Setelah dunia perbankan gonjang-ganjing beberapa waktu lalu, aibat ulah segelintir bankir. Masyarakat pun mulai bertanya, sampai sejauh mana tanggung jawab bankir?
Para bankir kembali jor-joran kredit rumah. Bagaiman dengan kelangkaan dana jangka panjang untuk membiayai KPR? Bahaya laten inflasi karena spekulasi kredit menjadi momok kredit konsumtif. Akankah tragedi kredit macet terulang kembali pada 1994?